UPAYA
MENINGKATKAN MINAT BACA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK USIA DINI
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sesuai
dengan Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Depdiknas,
2007:2).
Pendidikan anak usia
dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun
2003 Pasal 1 Ayat 14).
PAUD
merupakan lembaga pendidikan pra-skolastik atau akademik. Itu artinya, PAUD
tidak mengemban tanggungjawab utama dalam membelajarkan keterampilan membaca
dan menulis. Subtansi pembinaan kemampuan skolastik atau akademikini haruslah
menjadi tanggungjawab utama lembaga pendidikan dasar (Depdiknas, 2007:1).
Usia dini merupakan kesempatan emas
bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (golden age). Pada
usia ini anak memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa khususnya pada
masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini merupakan usia emas maka pada masa
itu perkembangan anak harus dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya
holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya
dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu
berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus, berkembang aspek
kognitif, aspek sosial dan emosional.
Anak
usia dini memerlukan banyak sekali informasi untuk mengisi pengetahuannya agar
siap menjadi manusia sesungguhnya. Dalam hal ini membaca merupakan cara untuk
mendapatka an informasi karena pada saat membaca maka seluruh aspek kejiwaan
manusia terlibat dan ikut serta bergerak. Hasilnya, otak yang merupakan pusat
koordinasi pun bekerja keras menemukan hal-hal baru yang akan menjadi pengisi
memori otak sekaligus menjadi bekal pertumbuhan (Adi Susilo, 2011:13).
PAUD sebagai salah
satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang dalam proses pembelajarannya
menekankan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.
Bermain adalah bagian integral dalam kehidupan setiap anak dan merupakan cara
yang paling baik untuk mengembangkan potensi anak secara optimal. Penggunaan
metode bermain disesuaikan dengan perkembangan anak (keperluan usia anak).
Permainan yang digunakan pada
PAUD adalah permainan yang merangsang kreativitas dan menyenangkan (tidak ada
unsur pemaksaan) dan sederhana. Pembinaan pengembangan motorik di sini merupakan salah
satu kegiatan yang dapat mengembangkan aspek motorik secara optimal dan dapat
merangsang perkembangan otak anak. Pengembangan aspek motorik bertujuan untuk
memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan
mengelola, mengontrol dan melakukan koordinasi gerak tubuh, serta meningkatkan
keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan
jasmani yang kuat dan terampil.
Melalui
pembinaan aktivitas anak (Fisik
Motorik) di PAUD diharapkan akan memberikan dasar pemikiran untuk
mengkaji lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan program pendidikan. Dengan
memanfaatkan sarana alat bermain, gambar dan permainan yang tersedia di PAUD serta disesuaikan
dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik anak usia PAUD
Kemampuan
membaca anak usia dini umumnya masih relatif kurang karena pedidikan usia dini
merupakan awal atau permulaan anak belajar membaca. Anak usia dini umumnya
enggan untuk membaca sesuatu yang bersifat abstrak. Selain itu tuntutan orang
tua yang menginginkan anak cepat bisa membaca. Ditambah lagi tuntutan dari SD
yang mengadakan penerimaan siswa dengan menggunakan tes baca tulis.
Guru
memerlukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu cara yang
dapat digunakan oleh guru adalah dengan menggunakan media yang dapat merangsang
minat baca anak didik dalam membaca. Media yang dapat digunakan salah satunya
adalah media kartu gambar. Media kartu gambar adalah media yang berupa gambar
yang diserta dengan kata-kata atau kalimat dibawahnya. Dengan adanya gambar
tersebut, maka anak didik akan terangsang utuk mengetahui maksud gambar
tersebut dan mencoba membaca kata-kata atau kalimat yang ada.
1.2.
Identifikasi
Masalah
Memperhatikan dan menelaah latar
belakang tersebut di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian skripsi
ini dapat meliputi sebagai berikut :
1.
Kemampuan membaca peserta didik yang umumnya masih relatif rendah
2.
Tuntutan orang tua yang menginginkan anaknya bisa cepat membaca.
3.
Bagaimana cara untuk meningkatkan minat membaca anak usia dini
4.
Perlu adanya metode pembelajaran yang menarik untuk anak didik.
5.
Penggunaan media pengajaran dalam proses pembelajaran.
6.
Penggunaan gambar yang menarik untuk meningkatkan minat siswa.
1.3. Pembatasan Masalah
Agar
pembahasan tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan batasan. Untuk
mempermudah didalam memahami skripsi ini, penulis berfokus pada upaya meningkatkan
minat baca melalui media gambar menghubungkan tulisan sederhana dengan gambar yang
melambangkannya, pada anak usia dini Hidayatul Mubtadiin Kecamatan Tunjung teja
Kabupaten Serang.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut diatas, penulis merumuskan masalah pokok yaitu;
Bagaimanakah upaya meningkatkan Minat Baca Melalui Media Gambar pada Anak Usia
dini Hidayatul Mubtadiin Kecamatan Tunjung Teja Kabupaten Serang.
1.5. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan
dari penelitian ini adalah meningkatkan minat baca pada anak usia dini
2. Tujuan Khusus
2. Tujuan Khusus
Sesuai dengan perumusan masalah di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat baca melalui media
gambar pada anak usia dini Hidayatul Mubtadiin Kecamatan Tunjung teja Kabupaten
Serang.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk mendapatkan teori baru tentang meningkatkan
minat baca anak didik melalui kartu gambar.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi siswa
1. Bagi siswa
a. Anak
didik lebih termotivasi dalam belajar.
b. Meningkatnya
minat baca pada anak didik.
2. Bagi guru
a. Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan
minat baca anak didik melalui kartu gambar.
b. Dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas.
3. Bagi sekolah
a. Hasil penelitian
diharapkan mampu membantu sekolah dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar.
b. Memotivasi kepada guru-guru untuk
menerapkan metode yang bervariasi dalam pengajaran.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Minat
Minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka
inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu melihat sesuatu
akan menguntungkan mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasaan.
Bila kepuasaan berkurang, minat pun berkurang. Setiap minat memuaskan kebutuhan
dalam kehidupan anak, walaupun kebutuhan ini mungkin tidak segera tampak bagi
orang dewasa. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat
tersebut (Hurlock. 1978:114).
Aiken
(Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan
melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai
yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut
diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting
(2005) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan
seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat
mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan
menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang (www1.bpkpenabur. or.id/jurnal/04/017-035.pdf).
Minat merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi
usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan
usaha yang gigih, serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi
tantangan. Jika seorang anak memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat
dapat mengerti dan mengingatnya.
usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan
usaha yang gigih, serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi
tantangan. Jika seorang anak memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat
dapat mengerti dan mengingatnya.
Berikut merupakan ciri-ciri minat anak
menurut Hurlock (1978, 115), antara lain adalah sebagai berikut : (a) minat
tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik, (b) minat bergantung pada kesiapan
belajar, (c) minat bergantung pada kesempatan belajar, (d) perkembangan minat
mungkin terbatas, (e) minat dipengaruhi pengaruh budaya, (f) minat itu
egosentris.
Peserta didik akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar peserta didik merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi siswa. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa menurut Sanjaya (2006 : 28-29), diantaranya: (a) hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan peserta didik, (b) sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa, (c) ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, (d) berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa, (e) berikan penilaian, (f) berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif, (g) ciptakan persaingan dan kerja sama. Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
Peserta didik akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar peserta didik merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi siswa. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa menurut Sanjaya (2006 : 28-29), diantaranya: (a) hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan peserta didik, (b) sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa, (c) ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, (d) berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa, (e) berikan penilaian, (f) berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif, (g) ciptakan persaingan dan kerja sama. Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
Menurut
Usman (2008:27) kondisi belajar-mengajar yang efektif adalah minat dan
perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yag relatif menetap
pada diri seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab
dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya,
tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak
menaruh minat terhadap terhadap kesenian, maka ia akan berusaha untuk
mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Pada hakikatnya setiap anak berminat
terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat
terhadap belajar.
2.1.2. Perkembangan Bahasa Anak Usia
Dini
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi
di mana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan
arti kepada orang lain. Oleh karena tiu, perkembangan bahasa dimulai dari
tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi
menjadi dua periode, yaitu, periode Prelinguistik dan periode Linguistik.
Periode Linguistik inilah anak mulai mengucapkan kata-kata pertama.
Menurut Sumantri (2008:2.30-2.31) periode linguistic terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
Menurut Sumantri (2008:2.30-2.31) periode linguistic terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
a. Fase satu kata
atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata
untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik berupa keinginan,
perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Pada umumnya kata pertama
yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah
disusul dengan kata kerja.
b. Fase lebih dari
satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia
sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang
terdiri dari dua kata. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak
lagi egosentris, dari dan untuk dirinya. Orang tua mulai melakukan Tanya jawab
dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan
kalimat-kalimat sederhana.
c. Fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang
berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam
berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja
menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengungkapkan
kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan
kata kerja.
Menurut Brewer dalam Suyanto (2005:73)
perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum
sekalipun banyak variasinya diantara anak yang satu dengan anak yang lain,
dengan tujuan mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi. Kebanyakan anak
memulai perkembangan bahasanya dari menangis untuk mengekspresiakan responnya
terhadap bermacam-macam stimuli. Anak mulai memerang (cooing), yaitu melafalkan
bunyi yang tidak ada artinya secara berulang-ulang, seperti suara burung yang
sedang berkicau. Anak pada umumnya belajar nama-nama benda sebelum kata-kata
lain.
Berikut adalah fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi menurut Depdiknas (2007:5), antara lain adalah:
a.
Keterampilan berbahasa, dapat
ditunjukkan oleh anak dalam perilaku: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya,
mendeskripsikan, melaporkan kejadian, menyatakan suka/tidak, meminta ijin,
bantuan, mengemukakan alas an, memerintah atau menolak sesuatu.
b.
Keterampilan mendengar, dapat ditujukan
oleh anak dalam perilaku: mendengarkan perintah, mendengarkan pertanyaan,
mendengarkan orang yang sedang bercerita dan mendengarkan orang yang sedang
member petunjuk.
c.
Keterampilan berbicara, dapat ditujukan
oleh anak dalam perilaku: mengembangkan keterampilan bertanya, menyiapkan
kegiatan yang dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas, menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan menggunakan berbagai kegiatan yang
bervariasi.
d.
Keterampilan membaca, adalah kegiatan
yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan).
2.1.3. Membaca
Retorika
adalah kiat yang didasarkan atas nengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah
dimiliki untuk mencapai tujuan. Berbahasa merupakan kegiatan penggunaan bahasa
untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Membaca merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang lainnya
(berbicara dan menulis) (Haryadi, 2007:4).
Agar dapat membaca secara efektif dan
efisien, seorang pembaca harus dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah
tersusun dengan baik dan dasar kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan
tepat. Pembaca dapat menggunakan keduanya dengan tepat dan benar jika pembaca
mempunyai kiat dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca
memilih dan menggunakan model membaca, metode membaca, dan teknik membaca
sesuai kebutuhan.
Model-model membaca tidaklah muncul secara tiba-tiba, akan tetapi merupakan kerja keras dari para ahli yang mengkajinya dalam waktu yang relatif lama. Dalam menghasilkan suatu model membaca ada suatu tata kerja tersendiri yang harus ditempuh melalui penelitian. Cara menghasilkan model membaca dilakukannya secara profesional yang bersifat teknik. Berikut merupakan pendekatan membaca menurut Haryadi (2007:12-16):
Model-model membaca tidaklah muncul secara tiba-tiba, akan tetapi merupakan kerja keras dari para ahli yang mengkajinya dalam waktu yang relatif lama. Dalam menghasilkan suatu model membaca ada suatu tata kerja tersendiri yang harus ditempuh melalui penelitian. Cara menghasilkan model membaca dilakukannya secara profesional yang bersifat teknik. Berikut merupakan pendekatan membaca menurut Haryadi (2007:12-16):
a. Pendekatan Taksonomik
Pendekatan taksonomik dikembangkan oleh
Gray. Ia berpendapat bahwa dalam membaca diperlukan empat ketrampilan, yaitu
mengenal kata, komprehensif, reaksi, dan asimilasi (Dechant dan Smith,
1977:15). Awal mula membaca merupakan kegiatan pengenalan simbol-simbol
dilakukan pembaca dalam bentuk penyandian kembali simbol tulis yang berbentuk
kata secara mekanik
b. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis terdiri atas dua, yaitu:
1.
Pendekatan behavioral, dipelopori oleh
Skinner. Pendekatan ini berpandangan bahwa belajar bahasa dapat dikendalikan
oleh luar. Seseorang dikatakan belajar kalau mendapat stimulus atau rangsangan
dari luar, kemudian dari rangsangan tersebut menghasilkan respon dari orang
yang belajar. Menurut pandangan behavioral, ketrampilan membaca merupakan hasil
proses membaca yang diperoleh dari hubungan antara rangsangan dan reaksi yang
dikenal dengan sebutan S-R yaitu stimulus dan respons.
2.
Pendekatan kognitif, dipelopori oleh
piaget. Menurut pandangan kognitif, membaca tidaklah sekedar memperoleh
rangsangan simbol-simbol tertulis melalui mata, tetapi yang lebih penting
adalah memproses rabgsangan tersebut di dalam otak.
3.
Pendekatan Proses Informasi. Tokoh yang
dikenal dalam pendekatan proses informasi adalag Smith. Ia menyatakan bahwa
keterampilan membaca merupakan suatu proses informasi. Pendekatan ini
berprinsip bahwa membaca adalah aktivitas komunikasi yang memungkinkan
informasi ditrasformasi dari penulis kepada pembaca.
4.
Pendekatan Psikomotorik. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Holmes dan Singer . Kegunaan dari pendekatan ini dalam
membaca adalah sebagai pengukur tingkat kenyaringan dan kecepatan baca yang
dilakukan pembaca.
c. Pendekatan Linguistik. Pendekatan ini dikembangkan
dalam dua periode yaitu:
1)
Bloomfield, Fries, dan lefevre.
Bloomfield berpendapat bahwa
membaca merupakan hubungan teratur
antara sistem tulisan dan ujaran. Fries mengatakan bahwa membaca merupakan
hubungan antara bunyi-bunyi bahasa dengan huruf. Sedangkan Lefevre menekankan
faktor kebahasaan dalam membaca, baik yang berkaitan dengan tuturan kata maupun
hubungan antara kata dan kata dalam menghasilkan kalimat.
2)
Muncul teori baru yang disebut teori
trasformasi. Diperkenalkan oleh Chomsky yang kemudian dilanjutkan oleh Halle,
Goodman, dan Ruddel. Teori transformasi menekankan perbedaan antara struktur
luar dan struktur dalam. Yang dimaksud struktur luar membaca adalah bunyi-bunyi
atau simbol-simbol tulisan, sedangkan struktur dalam membaca adalah makna sintaktik
dan interpretasi semantik (penafsiran makna bacaan).Menurut Depdiknas (2007 :
3) kemampuan membaca ditentukan oleh perkembangan bahasa.
3)
Perkembangan kemampuan berbahasa anak
usia 4-6 tahun ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut: (a) mampu
menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi, (b) memiliki berbagai
perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan,kata tanya, dan kata
sambung, (c) menunjukkan pengertian, dan pemahaman tentang sesuatu, (d) mampu
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat
sederhana (e) mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar. Secara
umum melalui kegiatan awal membaca dalam perkembangan berbahasa diharapkan anak
dapat membentuk perilaku membaca, mengembangkan beberapa kemampuan sederhana
dan keterampilan pemahaman dan mengembangkan kesadaran huruf.
2.1.4. Media Gambar
Ada beberapa konsep mengenai definisi
media pengajaran. Menurut Gerlach (dalam Sanjaya, 2006:161) secara umum media
itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kodisi
yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut
Sudjana (2007,2) manfaat media pengajaran dalam proses belajar antara lain :
a.
Pengajaran akan lebih menarik perhatian
anak didik sehingga dapat menumbuhnya motivasi belajar.
b.
Bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh para anak didik, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran.
c.
Metode mengajar akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga anak didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
d.
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Sedangkan
menurut Usman (2008:32), media pendidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:
(a) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir. Oleh karena itu,
mengurangi verbalisme, (b) memperbesar perhatian siswa, (c) membuat pelajaran
lebih menetap atau tidak mudah dilupakan, (d) memberikan pengalaman yang nyata
yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan para anak didik,
(e) menumbuhkan pemikiran yang teraturdan bersambung, (f) membantu tumbuhnya
pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
Gambar
merupakan media untuk berkomunikasi dengan orang lain. Gambar berfungsi sebagai
stimulasi munculnya ide, pikiran maupun gagasan baru. Gagasan ini selanjutnya
mendorong anak untuk berbuat, mengikuti pola berpikir seperti gambar atau
justru muncul ide baru dan menggugah rasa (Pamadhi, 2008:2.8).
Dalam
proses belajar mengajar gambar yang digunakan mampu membantu apa yang akan
dijelaskas oleh guru, memliki kualitas yang baik, dalam arti, dalam arti
memiliki tujuan yang relevan, jelas, mengadung kebenaran, autentik, aktual,
lengkap, sederhana, menarik, dan memberikan sugesti terhadap kebenaran itu
sendiri. Menurut Sadiman (2011, 31-33) ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh
gambar/foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pengajaran:
a.
Autentik. Gambar tersebut secara jujur
melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.
b.
Sederhana. Komponen gambar hendaknya
cukup jelas dan menunjukkan poin-poin pokok pembelajaran.
c.
Ukuran relatif. Gambar dapat
memperbesar atau memperkecil obyek/benda sebenarnya.
d.
Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak
atau perbuatan.
e.
Gambar yang bagus belum tentu baik
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar/foto
karya siswa sering sekali lebih baik.
f.
Tidak semua gambar yang bagus adalah
media yang baik. Gambar hendaknya bagus dari sudut seni dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Menurut Pamadhi (2008:2.9) manfaat gambar
bagi anak adalah sebagai berikut: (a) alat untuk mengutarakan (berekspresi) isi
hati, pendapat maupun gagasannya, (b) media bermain fantasi, imajinasi dan
sekaligus sublimasi, (c) stimulasi bentuk ketika lupa, atau untuk menumbuhkan
gagasan baru, (d) alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi.
Media pendidikan sangat berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan secara sistematis. Media sendiri adalah orang, benda atau kejadian yang menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap. Salah satu media yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah kartu gambar. Media kartu gambar adalah media yang berupa kertas tebal yang berbentuk persegi dengan disertai gambar baik berupa gambar orang, hewan tumbuhan dan lain sebagainya.
Media pendidikan sangat berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan secara sistematis. Media sendiri adalah orang, benda atau kejadian yang menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap. Salah satu media yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah kartu gambar. Media kartu gambar adalah media yang berupa kertas tebal yang berbentuk persegi dengan disertai gambar baik berupa gambar orang, hewan tumbuhan dan lain sebagainya.
2.2.
Kerangka Berpikir
Untuk mengatasi permasalahan yang
dikemukan sebelumnya, penulis menggunakan media gambar untuk meningkatkan
proses tercapainya tujuan yang nyata dari peningkatan minat membaca yang sesuai
dengan keadaan tingkat kemampuannya. Dalam hal ini berarti bahwa anak-anak
harus memperoleh peningkatan atau prestasi di dalam belajarnya, dengan
menggunakan media yang dapat merangsang minat baca anak didik dalam membaca.
Media yang dapat digunakan salah satunya adalah media kartu gambar. Media kartu
gambar adalah media yang berupa gambar yang diserta dengan kata-kata atau
kalimat dibawahnya. Dengan adanya gambar tersebut, maka anak didik akan
terangsang utuk mengetahui maksud gambar tersebut dan mencoba membaca kata-kata
atau kalimat yang ada.
2.3.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan kajian
teori di atas dapat ditarik hipotesis bahwa “ melalui media gambar dapat meningkatkan
minat membaca pada anak usia dini Hidayatul Mubtadiin Kec. Tunjung teja
Kabupaten Serang.
Tindakan Operasional
1.
Setiap tema pebelajaran yang
disampaikan kepada anak disisipkan kegiatan media gambar yang berkaitan dengan
tema. Anak diajak membaca, diberikan contoh dan diberi kebebasan untuk melihat
gambar serta diberikan kebebasan untuk
mengetahui maksud gambar tersebut, mencoba membaca kata-kata atau kalimat yang
ada
2.
Guru harus cukup memberikan contoh
ide-ide gambar kreatif sehingga anak tidak merasa bosan.
3.
Guru harus bisa mengindari pembatasan
terhadap gambar anak yang timbul dari ide kreatifnya.
4.
Setiap gambar dijelaskan kepada anak
dengan kreatif guru atau menirukan berbagai hal dari kreatifitas guru terhadap
anak sehingga gambar dan bacaan yang ada di bawahnya mudah untuk dibaca.
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan di PAUD Hidayatul Mubtadiin
Ds. Bojong Pandan, Kec. Tunjung teja Kabupaten Serang Propoinsi Banten.
Pada tahun ajaran 2012/2013. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah anak
didik kelas O Besar dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 12 anak
laki-laki dan 8 anak perempuan.
3.1.1. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan
kelas dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Juni 2013 Tahun Ajaran 2012/2013 Penelitian
dilakukan karena minat baca pada anak usia dini Hidayatul Mubtadiin Kec.
Tunjung teja Kab. Serang
3.1.2 Tempat Penelitian
a.
Lokasi penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti adalah di PAUD Hidayatul
Mubtadiin Ds. Bojong Pandan, Kec. Tunjung teja Kabupaten Serang Propoinsi
Banten.
b.
Penelitian dilakukan pada PAUD Hidayatul Mubtadiin, karena peneliti merupakan
guru dari PAUD tersebut.
3.2. Metode dan Desain Interventasi
Tindakan (Rancangan Siklus Penelitian)
1.
Metode Intervensi Tindakan
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian tindakan kelas, disingkat PTK. Penelitian tindakan kelas berasal
dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti
penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan
yang dilakukan terhadap subyek penelitian di kelas tersebut.
Penelitian tindakan adalah merupakan
salah satu penelitian teknikal tindakan yang mana bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas atau system dalam pengelolaan atau tindakan (Zuber dan Skerit,
2000:31)
Menurut Dr. Sulipan, M.Pd, dalam
tulisannya yang disusun untuk Program Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Online (http://www.ktiguru.org) berjudul ”Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)”, pertama
kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946,
yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John
Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan menjadi
salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu di
mana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan
maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam
bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling,
dan mengelola sekolah. Dengan demikian para guru atau kepala sekolah
dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti
para peneliti konvensional pada umumnya. Adapun tujuan penelitian tindakan
kelas itu tidak lain adalah untuk memecahkan masalah, memperbaiki kondisi,
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:82),
penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di
masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan
pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam
penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara
peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah
salah satu strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam
bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan
harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut;
1. Permasalahan atau topik
yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting,
menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan
peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan
penelitian, baik inferensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai
mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang
dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat
sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang
digunalkan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan
dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian
tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian
diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going),
mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang
tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto,
Suharsimi, 2002:82).
Menurut Sukidin, dkk (2002:54), ada 4
(empat) macam bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu : (1) penelitian tindakan
guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaborasi, (3) penelitian
tindakan simultan terintegratif dan (4) penelitian tindakan sosial
eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan itu ada persamaan dan
perbedaannya.
Penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian tindakan guru sebagai peneliti, dimana guru terlibat langsung secara
penuh dalam proses pelaksanaan penelitian, mulai dari tahap menyusun
perencanaan, melakukan tindakan, melakukan observasi dan tahap refleksi.
Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini, kalaupun ada, peranannya
sangat kecil dan tidak dominan. Penelitian ini mengacu pada perbaikan
pembelajaran yang berkesinambungan.
Ada banyak model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi
secara garis besar suatu penelitian tindakan lazimnya memiliki 4 (empat)
tahapan yang harus dilalui, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi.
Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan
bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian
tindakan pada suatu siklus meliputi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan tahap refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan
dihentikan jika dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan dan tujuan penelitian
yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan jenis rancangan
penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian
ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan (Action Research). Yaitu suatu penelitian
yang menempuh langkah-langkah yang dilakukan secara siklus. Peneliti menetapkan
2 siklus dalam melakukan penelitian tindakan kelas, mengingat kemampuan anak
dan waktu sangat terbatas maka peneliti menetapkan waktu yang dibutuhkan setiap
siklus selama 6 hari belajar efektif (6 x pertemuan). Untuk siklus pertama
dilakukan setiap hari berturut-turut selama 6 hari dalam waktu 1 jam kegiatan
60 menit.
Tahapan-tahapan
dalam siklus adalah sebagai berikut: (a) perncanaan (planning), (b) tindakan (acting),
(c) Pengamatan (observing), (d)
refleksi (reflecting)
2.
Desain Interventasi Tindakan
Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan model
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Muharjito, 2005:20), yaitu model
siklus secara berulang dan berkelanjutan (spiral)
yang berarti semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahannya dan
pencapaian hasilnya. Penelitian ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
proses pembelajaran sesungguhnya. Dalam penelitian ini peneliti berperan
sebagai guru yang melakukan pengajaran dengan menerapkan metode pendekatan
kontekstual. Setiap tahapan tersebut berfungsi saling menguraikan karena pada
masing-masing tahapan meliputi proses penyempurnaan yang harus dilaksanakan
secara terus menerus sehingga mendapat hasil yang diinginkan.
3.3. Peranan dan Posisi Peneliti dalam
Penelitian
1.
Peran Peneliti
Dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti sebagai pemimpin perencanaan.
2.
Posisi Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti berada pada posisi sebagai guru yang memberikan tindakan sekaligus
kemudian memberikan tindakan kepada subjek penelitian, selama proses penelitian
peneliti dan kolabolator melakukan pengamatan langsung, yang hasilnya di
evaluasi secara kolaboratif, hasil dari pengamatan dan refleksi dan tindakan
yang telah dilakukan dapat digunakan untuk menganalisi data sehingga menjadi
bahan acuan untuk memperbaiki perncanaan pada siklus berikutnya.
3.4. Tahapan Intervensi Tindakan
Siklus I
a. Tahap Perncanaan Tindakan (planning)
Pada
tahap ini peneliti membuat program rencana kegiatan sebagai berikut: 1)
menetapkan anak yang akan dijadikan subjek penelitian; 2) menyusun instrument untuk
panduan observer/kolaborator yang akan dijadikan alat test disetiap akhir
pertemuan disetiap siklus; 3) menyusun
lembar program harian atau satuan kegiatan harian; 4) membuat lembar observasi
yang digunakan untuk mencantum hasil pengamatan; 5) menentukan dan menetapkan
waktu pelaksanaan; 6) membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang akan
dilaksanakan; 7) menyusun absen anak untuk masing-masing siklus; 8) menjelaskan
kepada orang tua/wali murid PAUD Hidayatul Mubtadiin mengenai penelitian yang
akan dilaksanakan.
b. Tahap Tindakan (action)
Pelaksanaan tindakan
dilakukan dalam setiap siklus terdiri dari 6 pertemuan, masing-masing pertemuan
dilakukan dalam waktu selama 90 menit, yaitu 15 menit untuk pembukaan
(apersepsi) 60 menit kegiatan inti dan 15 menit untuk evaluasi dan penutup.
Kegiatan yang disesuaikan
dalam waktu belajar yang dijadwalkan di PAUD Hidayatul Mubtadiin tersebut
setelah melaksanakan 1 siklus sebanyak 6 pertemuan, peneliti dan kolaborator
melakukan refleksi secara keseluruhan dari siklus. Selanjutnya akan diadakan
siklus II berdasarkan refleksi yang telah dilakukan lebih lanjut yang akan
dilakukan pada setiap siklusnya.
c. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan atau observasi dalam setiap siklus
pelaksanaannya adalah bersamaan dengan tindakan yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Guru melakukan
observasi atau pengamatan terhadap dirinya sendiri dengan cara mencatat pada
format observasi yang sudah disiapkan sebelumnya tentang tindakan-tindakan
yang sudah ataupun yang belum dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
b. Melakukan observasi atas
aktivitas belajar anak dalam kelompok maupun dalam kelas dan interaksi belajar
di antara mereka maupun dengan guru dengan cara mencatat pada lembar observasi
yang telah disiapkan.
c. Mengamati
keterampilan berbicara dan membaca selama kegiatan pembelajaran berlangsung melalui
penerapan melalui media gambar.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini guru melakukan penafsiran, pemaknaan, dan
evaluasi atas segala tindakan yang telah dilakukan dan hasil-hasilnya maupun
atas tindakan yang belum dilaksanakan berikut hambatan-hambatannya sambil
memikirkan kembali upaya perbaikan yang akan dilakukan pada tahap siklus
penelitian berikutnya. Dan jika sekiranya dari tahap refleksi ini sudah bisa
disimpulkan bahwa tindakan perbaikan yang dilaksanakan sudah cukup memenuhi
tujuan pembelajaran yang ditetapkan, maka siklus penelitian berikutnya bisa
dihentikan dan tidak perlu dilaksanakan. Sebaliknya, jika tujuan pembelajaran
belum tercapai dan masih dirasa perlu untuk melakukan revisi atau
langkah-langkah perbaikan tindakan lebih lanjut, maka penelitian berlanjut ke
siklus berikutnya.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan,
meliputi kegiatan:
a.
Menyusun rencana
pembelajaran sebagai perbaikan dari rencana pembelajaran pada siklus terdahulu.
b.
Menetapkan
tindakan perbaikan yang diperlukan.
c.
Menyusun media
pembelajaran yang sesuai.
d.
Menyusun instrumen
penelitian.
e.
Menyusun alat
evaluasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Tindakan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari skenario atau rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan tindakan-tindakan perbaikan yang telah
ditetapkan pada tahap sebelumnya. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini secara garis besar sama dengan tahap pelaksanaan tindakan pada siklus
I.
3. Tahap Pengamatan
Langkah-langkah kegiatan pada tahap ini juga boleh dikata
sama dengan yang dilakukan pada siklus I.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini guru melakukan refleksi atas
tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada siklus II berikut hasil-hasil yang
telah dicapainya. Selain itu guru juga memikirkan kekurangan-kekurangan serta
hambatan-hambatan yang masih dihadapi pada siklus II dan selanjutnya mencarikan
alternatif tindakan perbaikannya untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Siklus III (bila diperlukan).
3.5. Hasil Interventasi Tindakan yang
Diharapkan
Hasil intervensi tindakan
yang diharapkan dalam penelitian tindak kelas ini adalah untuk mengembangkan minat
membaca melalui media gambar dapat dinyatakan berkembang apabila anak bis
mencoba membaca dan mengerti huruf-hurup yang ada pada media gambar yang di
sajikan oleh guru.
Untuk melakukan
keberhasilan tersebut , peneliti bersama kolabolator menggunakan prosentase.
Kemampuan minat membaca melalui media gambar dinyatakan mengalami peningkatan
apabila anak mengalami tingkat penguasaan membaca minimal 60%.
Selanjutnya, untuk memberikan pedoman
dalam pemaknaan atau penafsiran hasil penelitian, perlu kiranya ditetapkan
kriteria kualifikasi penilaian yang berhubungan dengan aktivitas belajar maupun
prestasi belajar siswa dalam bentuk tabel berikut.
3.6. Data dan Sumber Data
1.
Jenis Data : Kualitatif dan Kuantitatif
a.
Data Kualitatif
Data ini diperoleh dari hasil
pengamatan (observasi), wawancara dan dokumentasi berupa foto Anak yang
diteliti pada saat melakukan kegiatan membaca serta mengunakan media gambar
b.
Data Kuantitatif
Berupa hasil test kemampuan anak kelas
O Besar dalam kegiatan mengembangkan minat membaca melalui media gambar pada
siklus I dan siklus II
3.7. Instrumen Pengumpulan Data
1.
Kalibrasi Instrumen
Instrumen
yang akan digunakan dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
isi yang merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau lewat professional judgment.
Oleh
karena itu isi dari sebuah tes tidak saja menunjukan bahwa tes tersebut harus
komprehensif isinya akan tetapi harus isi yang relevan dan tidak keluar dari
batasan tujuan ukur.
Dalam
mengkaji validitas tes ini peneliti menggunakan tipe validitas logic, dimana
suatu tes agar memperoleh validitas logic yang tinggi harus dirancang sedemikian
rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi
bagian tes secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh tes
haruslah dibatasi lebih dahulu kawasan perilaku secara seksama dan konkret.
2.
Kisi-kisi instrument
Berdasarkan uji validitas diperoleh
instrument final sebanyak 16 butir yang akan digunakan pada tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) dengan sekor minimal 80.
3.8. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah free test dan post test. Free test
diperoleh dari hasil kegiatan awal yang dilakukan oleh anak sebelum diberikan
perlakuan pada setiap siklus. Setiap butir indicator yang diamati disusun
berdasarkan aspek kemampuan perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan
senam dengan memberikan tanda check list pada kolom yang telah disediakan. Post
test di peroleh dari hasil tanya jawab setelah melalui kegiatan
pengamatan/observasi dan reflcksi yang dilakukan oleh peneliti atau kolaborator
dan hasil lembar kegiatan anak. Pengumpulan data juga diperoleh dari hasil
penelitian lembar pengamatan anak setiap kali pertemuan, dokumentasi kegiatan
pengembangan kemampuan motorik kasar pada gerakan-gerakan senam.
3.9.
Teknik
Pemeriksaan Keterpercayaan
Studi yang digunakan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan teknik
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut. Triangulasi terdiri dari
peneliti, kolaborator I dan kloaborator II dengan membandingkan laporan hasil
data berupa lembar observasi.
Data proses yang berupa
observasi akan dikelompokan sesuai dengan komponen yang ada kemudian
dibandingkan antara hasil observasi peneliti, hasil guru kelas dan hasil teman
sejawat. Hasil perbandingan tersebut menjadi acuan sebagai pengamatan akhir
untuk menentykan tindakan perbaikan yang dilakukan untuk memeriksa keabsahan
data, peneliti memeriksa kembali dengan melihat dokumen sehingga dapat
diketahui apakah tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan.
3.10.
Analisis
Data dan Interprestasi Hasil Anailis
1.
Analisis Data
Setelah
data terkumpul selanjutnya peneliti akan melakukan analisis data yang terdiri
dari : a) analisis evaluative berdasarkan pelaksanaan tindakan pada setiap
siklus untuk menganalisis data kualitatif, b) analisis data yang digunakan
adalah dengan analisis prosentase untuk menganalisis data kuantitatif.
2. Interpretasi
Hasil Analisis
Setelah
tindakan selesai dilaksanakan, maka hasil pengamatan yang berupa lembar
observasi dilanjutkan pada tahap menghitung prosentase sekor perolehan
peringkat motorik kasar pada anak usia 4-5 tahun melalui kegiatan senam.
Peneliti bersama kolaborator sepakat untuk menetapkan bahwa penelitian ini
dikatakan berhasil apabila tingkat penguasaan yang dimiliki anak dalam
pengembangan motorik kasar anak mencapai 60% pada setiap siklus. Dengan
demikian prosentase skor yang diperoleh masing-masing anak minimal 60% pada
setiap akhir siklus. Maka apabila
kemampuan peningkatan motorik kasar anak tidak mencapai target atau kurang dari
60% maka penelitian dianggap tidak berhasil.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi
Berdasarkan observasi yang dilakukan
oleh peneliti, diperoleh data bahwa anak-anak usia dini PAUD Hidayatul
Mubtadiin Kecamatan Tunjung teja Kabupaten Serang memiliki minat membaca yang
rendah. Dari 20 anak 9 atau 45% memperoleh nilai baik, 6 atau 30% anak mendapat
nilai cukup dan 5 atau 25% memperoleh nilai kurang.
1. Perencanaa
Perencanaan yang
dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah guru merumuskan tujuan
pembelajaran dengan mengunakan kartu gambar. Membuat Rencana Kegiatan Harian
(RKH) yang digunakan sebagai skenario atau jalan cerita pada saat proses
bermain dan belajar. Selain itu guru juga menyiapkan kartu gambar yang
semenarik mungkin. Jumlah kartu gambar disesuaikan dengan jumlah murid.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan
dimulai dengan guru mengucapakan salam. Mengabsensi untuk mengetahui kondisi
anak. Sebelum pelajaran dimulai, guru mengecek kesiapan anak seperti, kerapian
dalam berpakaian. Guru juga menjelaskan tujuan utama pembelajaran dengan
menggunakan kartu gambar dan memberikan motivasi kepada anak. Proses bermain
dan belajar dimulai dengan guru menjelaskan materi dengan menggunakan dengan
menggunakan kartu gambar. Kartu gambar adalah kartu yang ada gambarnya berupa
binatang yang dibawahnya terdapat tulisan sesuai dengan nama gambar tersebut.
Guru memperlihatkan gambar-gambar tersebut di depan kekas. Kemudian menyuruh
anak-anak menebak gambar dan memperhatikan huruf demi huruf yang ada dibawah
gambar dan membacanya secara serempak. Gambar-gambar tersebut bertujuan untuk
menarik minat anak dalam membaca. Agar anak-anak lebih konsentrasi, guru
menyuruh anak untuk mencocokkan gambar dengan tulisan pada kertas yang telah
dibagikan. Kemudian menyuruh anak untuk mencari gambar atau tulisan sesuai
dengan perintah guru.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan
dengan melibatkan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan
terhadap kemampuan anak antara lain: kemampuan anak dalam mengingat materi yang
telah di pelajari, kemampuan anak mengembangkan ide, kemampuan mengenali
gambar, kesiapan anak dalam mengikuti pelajaran, kekondusifan suasana dalam
proses bermain dan belajar, keaktifan anak dalam menebak kartu gambar.
Kesiapan anak dalam belajar masih kurang, ada beberapa anak yang masih terlambat. Kondisi kelas sudah kondusif, sesuai dengan ukuran pada umumnya. Pada saat proses bermain dan belajar, kemampuan anak dalam mengingat materi yang lalu cukup baik. Anak-anak mampu mengenali gambar dengan baik. Pada pertemuan siklus I ini, sebagian anak masih ada yang belum paham dengan metode yang dipakai. Masih ada anak yang kurang tertarik dan berminat dalam membaca dengan gambar. Sebagian ada yang masih belum jelas dengan materi yang dijelaskan oleh guru.
Kesiapan anak dalam belajar masih kurang, ada beberapa anak yang masih terlambat. Kondisi kelas sudah kondusif, sesuai dengan ukuran pada umumnya. Pada saat proses bermain dan belajar, kemampuan anak dalam mengingat materi yang lalu cukup baik. Anak-anak mampu mengenali gambar dengan baik. Pada pertemuan siklus I ini, sebagian anak masih ada yang belum paham dengan metode yang dipakai. Masih ada anak yang kurang tertarik dan berminat dalam membaca dengan gambar. Sebagian ada yang masih belum jelas dengan materi yang dijelaskan oleh guru.
4.
Refleksi
Refleksi merupakan
langkah untuk menganalisa hasil kerja anak dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar anak didik dari pra siklus. Namun hasil tersebut belum sesuai dengan
apa yang diharapkan peneliti. Perbaikan yang dilakukan antara lain: memperbaiki
kualitas gambar yang dipakai agar anak lebih tertarik, kondisi ruang kelas
ditata serapi mungkin dan menempelkan gambar-gambar yang menarik, dan dalam
menyampaian materi guru menggunakan bahasa sesederhana mungkin agar anak-anak
lebih mudah memahami.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1 Simpulan
1.
Dengan menggunakan media gambar dalam
kegiatan pembelajaran anak menjadi semakin bersemangat.
2.
Dengan menggunakan media gambar anak
lebih mudah mengingat huruf-huruf dan memudahkan anak untuk belajar membaca.
3.
Dengan menggunakan gambar-gambar yang
bermacam-macam dan menarik anak semakin tertarik untuk belajar membaca.
4.
Minat baca anak semakin meningkat
dengan penggunaan media gambar pada kegiatan pembelajaran.
5.2
Saran
1. Bagi Guru, Guru
diharapkan selalu meningkatkan kemampuannya dalam mengajar mampu membuat media
pengajaran yang sesederhana mungkin untuk meningkatkan minat belajar khususnya
minat membaca anak.
2. Bagi Anak, Tidak hanya di sekolah,
anak-anak diharapkan untuk belajar membaca dimulai dengan membaca tulisan-tulisan
yang ada di lingkungan sekitar kita.
3. Bagi Sekolah, Pembelajaran dengan
media gambar ini bisa dijadikan menjadi salah satu pilihan untuk meningkatkan
minat membaca pada anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Adi susilo, Taufik.2011.calistung.Jogjakarta.Hak Cipta
Adi susilo, Taufik.2011.calistung.Jogjakarta.Hak Cipta
Asrori,
Mohammad. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.
Depdiknas. 2007. Bidang Pengembangan Berbahasa Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Bidang Pengembangan Berbahasa Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.
2007. Persiapan Membaca dan Menulis Melalui Permainan. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas.
2007. Pengembangan Model Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Haryadi.
2007. Retorika Membaca Model, Metode dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia.
Suyanto,
Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Usman,
M. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/04/017-035.pd
No comments:
Post a Comment